3. Mengetahui Kemuliaan Waktu
Waktu adalah kehidupan, modalmu yang dengannya kamu berdagang dengan Allah, dan dengannya kamu mencari kebahagiaan. Setiap bagian waktu yang berlalu tanpa amal saleh, terlewatkan dari kebahagiaan seorang hamba sesuai dengan kadarnya.
Ibnu Jauzi berkata: “Hendaknya seseorang mengetahui kemuliaan dan nilai waktunya, dan tidak menyia-nyiakan sedetik pun selain dalam ketaatan.”
Jika modalmu adalah umurmu, maka berhati-hatilah untuk membelanjakannya selain dalam kewajiban.
Ramadhan adalah saat-saat paling berharga dalam hidup. Yang membuat seseorang tidak menyia-nyiakan sedetik pun darinya adalah mengingat firman Allah: “beberapa hari yang tertentu” (QS. Al-Baqarah: 184). Ini adalah isyarat bahwa Ramadhan itu sedikit dan cepat berlalu. Demikianlah hari-hari yang berharga dan musim-musim yang utama, cepat berlalu. Yang menang hanyalah orang yang siap dan waspada.
Jika seseorang menyadari singkatnya waktu Ramadhan, ia akan tahu bahwa kesulitan ketaatan akan segera berlalu, dan pahala serta akibatnya akan tetap ada, berupa lapangnya hati, luasnya dada, dan kegembiraan seorang hamba dalam ketaatan kepada Tuhannya.
Betapa banyak kesulitan dalam ketaatan yang dialami seseorang, lalu lelah dan penatnya hilang, dan pahalanya tetap ada di sisi Allah, insya Allah. Betapa banyak jam-jam kesenangan, permainan, dan kelalaian yang berlalu, kenikmatannya sirna, dan akibatnya tetap ada.
Ketahuilah, saat dzikir adalah kekayaan dan kemakmuran, sedangkan saat kesenangan adalah kebangkrutan dan kemiskinan.
4. Mengurangi Makan
Ini adalah salah satu tujuan puasa dan tujuan Ramadhan, yaitu membiasakan diri mengurangi makan, memberi kesempatan istirahat bagi perut, dan memberi kesempatan taat bagi jiwa. Sebab, banyaknya makan inilah yang mengeraskan hati hingga menjadikannya seperti batu, memberatkan jiwa dalam ketaatan, dan membuat orang enggan berdiri di hadapan Allah. Barangsiapa ingin menikmati shalat, janganlah memperbanyak makan, tetapi ringankanlah. Karena sedikit makan menyebabkan lembutnya hati, kuatnya pemahaman, tunduknya jiwa, dan lemahnya hawa nafsu dan amarah.
Muhammad bin Wasi’ berkata: “Barangsiapa sedikit makannya, ia akan paham, memberi pemahaman, jernih, dan lembut. Sesungguhnya banyaknya makan menghalangi pemiliknya dari banyak hal yang diinginkannya.”
Salamah bin Sa’id berkata: “Seseorang dicela karena perutnya, sebagaimana ia dicela karena dosa yang dilakukannya.”
Suatu ketika, seorang laki-laki bersendawa di dekat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda: “Tahanlah sendawamu dari kami, karena orang yang paling banyak kenyang di dunia adalah orang yang paling lama laparnya pada hari kiamat.” (HR. Tirmidzi)