Current track

Title

Artist

Background

Muslim itu Menguatkan Muslim Lainnya, Munafiq Suka Melemahkan

Written by on May 14, 2025

 

Oleh: Ustadz H. Irsyad Syafar, Lc., M.Ed

Ini merupakan akhlaq dasar dan identitas seorang muslim. Yaitu selalu menguatkan muslim yang lain dan membelanya. Baik perorangan, maupun berkelompok. Sesuai dengan arahan Baginda Rasulullah Saw dalam haditsnya:

الْمُسْلِمُ أَخُوْ الْمُسْلِمِ، لاَ يَظلِمُهُ، وَلاَ يَخْذُلُهُ، وَلاَ يَكْذِبُهُ، وَلايَحْقِرُهُ.

Artinya: “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, sehingga dia tidak boleh menzhaliminya, menghinanya, mendustakannya dan merendahkannya.” (HR Muslim).

Sikap seperti ini adalah dalam situasi yang standar dan umum. Apalagi kalau ada seorang atau sekelompok muslim sedang dalam keadaan lemah dan tertindas, maka sangat butuh bahkan WAJIB dibela, didukung dan dikuatkan. Bukan dibiarkan apalagi disalah-salahkan.

Adapun orang munafiq, maka wataknya suka melemahkan kaum muslimin. Kalau kaum muslimin lagi kuat, dirongrongnya. Kalau lagi lemah, ditindasnya. Dan lebih senang kalau sikapnya berseberangan dengan kaum muslimin, dan sejalan dengan musuh-musuh Islam. Kadang sampai “bersekongkol” dengan musuh demi hancurnya kaum muslimin.

Begitulah dahulu perangai kaum munafiqin di Madinah. Saat dibutuhkan membantu pasukan Rasulullah Saw dalam perang uhud, mereka mundur berjamaah dari barisan. Sehingga pasukan Rasulullah tersisa hanya dua pertiga saja dari 1000 orang. Itupun mereka selalu mengomel dan menyalahkan kaum muslimin yang tidak mau mendengar pendapat mereka.

Efek dari pelemahan ini memang luar biasa. Tentunya barisan pasukan kaum muslimin menjadi berkurang dan terguncang. Dan memang kemudian di akhir perang, “babak-belur” dibantai pasukan Quraisy. Dan ketika mendapatkan kekalahan, para munafiqin kembali membully kaum muslimin dan menyalahkan mereka.

Sikap munafiqun itu diabadikan Allah dalam FirmanNya:

الَّذِينَ قَالُوا لِإِخْوَانِهِمْ وَقَعَدُوا لَوْ أَطَاعُونَا مَا قُتِلُوا ۗ قُلْ فَادْرَءُوا عَنْ أَنفُسِكُمُ الْمَوْتَ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ.

Artinya: “Orang-orang yang mengatakan kepada saudara-saudaranya dan mereka tidak turut pergi berperang: “Sekiranya mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh”. Katakanlah: “Tolaklah kematian itu dari dirimu, jika kamu orang-orang yang benar.” (Al Imran: 168)

*****

Adapun muslim yang sejati, secara spontan akan memberikan dukungan, pembelaan dan penguatan kepada saudaranya sesama muslim. Diminta ataupun tidak. Bahkan, kadang jarak yang jauh dan kemampuan yang terbatas, tidak menghalangi sedikitpun untuk berikan dukungan itu.

Ini hanya sedikit catatan sejarah yang telah dirasakan oleh kaum muslimin di tanah Nusantara, sejak berabad yang lalu dari muslimin yang lain nun jauh di sana di benua lain:

1. Sri Sultan Hamengkubuwono X Gubernur Yogyakarta, pada saat Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) tahun 2015 menyampaikan bagaimana dukungan Khalifah Turki Utsmani kepada Kerajaan Islam Jawa (Kesultanan Demak) yang waktu itu dipimpin oleh Raden Fatah.

Dalam pidatonya, Sri Sultan menyebutkan, “Pada 1479, Sultan Turki mengukuhkan Raden Patah sebagai Khalifatullah ing Tanah Jawa, perwakilan kekhalifahan Islam (Turki) untuk Tanah Jawa, dengan penyerahan bendera Laa ilaaha illallah berwarna ungu kehitaman terbuat dari kain Kiswah Ka’bah, dan bendera bertuliskan Muhammadurrasulullah berwarna hijau.” “Duplikatnya tersimpan di Kraton Yogyakarta sebagai pusaka, penanda keabsahan Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat wakil Kekhalifahan Turki.”

Dengan dukungan diplomatik Khilafah Utsmaniyah di Turki ini, menjadi penguat bagi Raden Fatah dalam menghadapi serangan Penjajah Portugis yang mulai masuk ke wilayah Nusantara. Begitu juga bagi Sultan dan Raja-raja Islam setelah itu yang juga menghadapi masuknya penjajah Belanda pada akhir abad ke 17.

Setelah Raden Fatah, Sultan Agung Mataram Islam dan penerusnya, serta Sultan Jogja dari Hamengkubuwono I sampai X, melanjutkan tradisi memakai gelar Sayyidin Panatagama Khalifatullah, dalam gelar panjang mereka.

2. Dukungan nyata Khilafah Utsmaniyah kepada Kesultanan Islam Aceh, pada abad ke 16 M. Tidak saja dukungan diplomatik belaka, melainkan juga dukungan penuh berupa kiriman persenjataan, ratusan prajurit terlatih dan pakar peperangan, dalam membantu menghadapi kekuatan penjajah Portugis di kawasan Sumatera dan Malaka. Padahal jarak dari Aceh ke Turki sangat jauh, dan sarana transportasi/komunikasi saat itu sangat terbatas sekali.

3. Mesir menjadi Negara pertama yang memberikan dukungan dan pengakuan atas kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Yaitu pada tanggal 22 Maret 1946. Baru kemudian disusul oleh negara-negara lain, seperti Suriah dan Iraq.

4. Palestina bahkan lebih awal mendukung kemerdekaan RI pada tahun 1944, melalui pernyataan Mufti Palestina Syekh Muhammad Amin Al Husaini. Ia menyampaikan dukungan dan pengakuan tersebut melalui siaran radio berbahasa Arab dari Berlin pada tahun 1944.

Kenapa semua dukungan dan pembelaan tersebut mereka berikan kepada Indonesia? Salah satu alasan utamanya adalah karena mereka merasa punya saudara seiman, yaitu kaum muslimin Indonesia.

Wallahu A’laa wa A’lam.

Tagged as

Reader's opinions

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *



Current track

Title

Artist

Background